Title : The Moon Upon The Sun
Pairing : ChangminXMirae
Genre : urban story
Author : aishita Kim
============================
Cinta tidak akan pernah menjadi indah, ketika kita tidak lagi melihat bulan yang sama – Shim Changmin
============================
“Kau memenangkan hadiah pertama?”
Binar mata Mirae seketika mencercahkan cahaya kemilau, ketika pekikan Shim Changmin terdengar di ujung mikrofon telepon genggam wanita itu.
“Ke LA? wine tour? Ahh.. chukkae.. aku yakin kau sangat bahagia saat ini”
Mirae tidak lupa menyimpulkan senyumnya, meskipun ia tahu, Changmin tidak akan pernah bisa melihat lengkungan dua sudut bibirnya. Bukan karena jauhnya jarak Tokyo dan London, bukan karena perbedaan waktu yang terlalu ekstrem.
Hanya saja..
Mereka sudah memutuskan untuk berjalan sendiri, pada setiap episode yang telah Tuhan reka, tanpa lagi berdiri pada satu pijakan yang sama, memilih menurunkan sekoci, dari perahu besar yang menyatukan hati mereka di musim gugur penghujung tahun milenium yang kedelapan.
“Hows your day, recently?”
Mirae terus berusaha membuka bahan obrolan diantara mereka, mendapati Changmin menjawabnya dengan kalimat-kalimat bernada antusias, mendengarkan celoteh pria itu tentang kekonyolan hari-harinya bersama Cho Kyuhyun, membuat Mirae setidaknya mampu menggurangi lesakan tajam pada ulu hatinya. Mirae masih merasa bersalah.
Entah untuk alasan apa
Padahal mereka berpisah dengan amat sangat baik, tanpa masalah, tanpa meributkan hak asuh Shim Cheonsa, tanpa meributkan harta. Bahkan Changmin masih rutin mengirimkan uang pendidikan untuk Cheonsa dari hasil menjual pita suara lelaki itu bersama TVXQ!, Shim Changmin juga masih menjadi ayah terhangat untuk Cheonsa, Ayah yang meluangkan waktunya menapaki heathtrow airport di hari natal hanya untuk sekedar menyapa putrinya dalam balutan kostum santa klaus, merelakan waktu tidur Changmin yang sejarang kelopak sakura mekar, gugur lalu tidak ada pengganti lagi.
Dan yang terpenting, Changmin masih meluangkan waktu untuk sekedar bertegur sapa melalui celotehan panjang di ujung pesawat telepon dengan Mirae.
Singkat kata, Changmin adalah mantan suami paling sempurna. Baik untuk Mirae ataupun putri semata wayang mereka.
Changmin masih sendiri, tapi Mirae hampir mengakhiri kekosongannya selama lima tahun hidup di negeri orang dengan status single parent, dan wanita karier sukses di bidang property.
Ya.. ini kesalahannya pada Changmin.
Dia tidak lagi setia pada kesendirian Changmin, meskipun tidak ada satu komitmen pun yang mereka sepakati tentang pernikahan yang terulang, dengan mereka yang tidak lagi berhadapan dengan pendeta di depan altar.
Tusukan rasa bersalah itu semakin membuat Mirae gamang, ini kesempatannya memberi tahu Changmin tentang pernikahan yang akan dia langsungkan beberapa hari kedepan.
Mirae harus memberitahukan ini pada Changmin, ia tidak ingin lagi mengulur waktu, Kim Junmyeon juga akan merasa tersakiti jika Changmin tidak mengetahui bahwa Mirae hampir berstatus menjadi nyonya Kim.
“ShimChwang..”
Mirae mulai menghela nafas, lalu merangkai kata di otaknya. Detikan waktu semakin berlari, tapi tanpa satupun dari mereka menggaungkan nada dari ujung telepon masing-masing.
“Kau melihat bulan sekarang?” Jawaban Changmin menjeda kesunyian diantara mereka.
Mirae menengadah, dia memang sekarang berada di taman rumahnya, menikmati suara Changmin, mungkin untuk terakhir kalinya.
“Ya.. bulannya bulat sempurna, sayang kau tidak melihatnya”
Kekehan Changmin menguar begitu saja, ah.. Mirae bodoh, tentu saja Tokyo sedang terbakar raja siang.
“Kau tahu, ibuku pernah bilang kalau…”
Mirae menjeda kalimat Changmin
“Jika kita melihat bulan di suatu tempat yang berbeda bersamaan, Mungkin kita memang berjodoh”
“Ahahaha.. kau masih hapal teori filosofis ibuku, yang entah didapat dari mana”
“Tentu, eomonim dan filosofinya yang membuatku selalu ingat tentang beliau”
“Ibuku berkata, dia merindukanmu, daan.. ah.. HwangMi, aku juga.. tahukah kau, sekarang di Tokyo sedang gerhana Matahari, mungkin bulan yang kita lihat sama”
Mirae mencelos, membiarkan Changmin meneruskan kalimat demi kalimatnya, hingga pada kalimat terakhir Changmin yang terus menggema timpani Mirae.
“HwangMi, bagaimana jika kita menikah lagi?”
Mirae semakin gamang, matanya berair, memandang bulan yang kini terasa seterang mentari Tokyo, mungkin memang dia dan Shim Changmin, harus bersatu lagi?
Entahlah..
–Kkeut